Wednesday, December 1, 2010

Kudengarkan Rendra bersajak

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan, bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya, bahwa hartaku hanya titipan Nya, bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku? Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku? Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini? Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku? Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ? Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah, kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka, kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika : aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih. Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...

"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

(WS. Rendra, Cermin)

dan akupun demikian, akupun sempat berpikir, setelah aku beribadah tiap hari, ditambah tahajud dan tak lupa puasa sunnah, pasti Tuhan akan kabulkan segala doaku
Aku menjual ibadahku pada Tuhan, seolah Tuhan pedagang dan aku pembeli yang membutuhkan kenikmatan. Aku tak memberiNya pilihan selain mengabulkan doaku. Seolah akulah orang yang paling menderita nomer 1 di dunia...

padahal aku bisa makan, punya tempat tinggal, mendapat pendidikan yang layak, mengapa dunia terasa sempit bagiku...
sedangkan mereka tak makan dan tetap bisa tersenyum. . .
duh Gustiiii....ampuni hambamu yang tlah lupa bahwa nafas ini adalah pemberianmu, bahwa udara, air, dan tanah ini adalah milikMu....

Friday, November 6, 2009

Very Micro Economy Model-kepepet

Jhon Maynard Keynes memang jenius menggambarkan laju sistem Moneteris ekonomi, sementar Adam Smith. . . , (dalam an inquiry into the nature and causes of the welth of nation. 1776) siapa yang bisa menandinginya dalam Micro Economy yang berbasis pada bisnis sektor riil dan pembukaan lapangan kerja baru agar ekonomi negara tidak goncang.
Namun Indonesia punya lebih dari mereka berdua yang hanya seorang Teoretikus, kita punya ribuan tukang tambal ban, tukang sayur, kuli panggul pasar, kuli bangunan, kuli kebun, dan kuli-kuli lainnya. yang menyekolahkan dan menghidupu 3-7 orang anak dan istri.
Kita punya puluhan penyandang cacat yang berkeliling menjajakan minyak gas.
Lalu. . .teori ekonomi mana yang bisa menjelaskan cara mereka bertahan hidup dengan pendapatan 10-30 ribu /hari. Pendapat siap yang bisa menggambarkan stabilitas kehidupan keluarga mereka?
Merekalah pakar sekaligus pelaku. Merekalah pencetus teori very micro economy model kepepet. entah kita harus bangga pada mereka atau malu pada sistem negeri ini. . .

Sunday, August 9, 2009

Puisi terakhir Rendra

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
Atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
aku ingin kembali pada jalan alam
aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu

W.S. Rendra
31 July 2009

Mitra keluarga